Perkuat Independensi Produksi, Indonesia Ajak Investor Melakukan Investasi



Agus Gumiwang mengatakan, perang Rusia-Ukraina mengganggu kestabilan pasar. Terutama dengan semakin liarnya lonjakan harga komoditas global.

Dia memaparkan, dampak kenaikan harga yang signifikan pada bahan bakar dan bahan baku saat ini, dirasa sangat berat bagi aktivitas sejumlah sektor industri di tanah air. 

Sektor industri memerlukan dukungan pasokan energi yang berkesinambungan. Mengingat sektor industri menyerap hingga 40% dari total kebutuhan energi nasional, atau terbesar setelah sektor transportasi.

"Dinamika global yang mengganggu, berpengaruh terhadap pasokan bahan baku dan market itu sendiri. Salah satu yang ingin kita kenalkan ke dunia adalah strategi China+ 1. Dalam konteks industri, lesson learned dari pandemi adalah terganggunya supply chain dunia karena tergantung pada China. Dengan formulasi ini, kita meminta kepada seluruh multinational company agar selain ke China, juga dapat berinvestasi ke Indonesia," ujarnya.



Indonesia Lahan Subur Investasi Asing

Indonesia merupakan lokasi potensial bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya.  Dengan banyaknya kemudahan, membuat Indonesia dilirik oleh China. Dalam kerjasama selama 7 tahun terakhir, banyak proyek strategis yang telah dihasilkan. 

Hal tersebut disampaikan Ambassador Indonesia untuk China dan Mongolia, Djauhari Oratmangun dalam webinar bertajuk “Unlocking Indonesia’s Business Opportunities for Growth”.

Menurut Djauhari,produk kerjasama yang dihasilkan seperti techno park, industrial park, pengolahan limbah, power plant, digitalisasi, transportasi 5G untuk zona spesial ekonomi, sister port, hingga industri perikanan. 

Keberhasilan investasi China ini menujukan potensi Indonesia sebagai lahan investasi yang subur. Terlebih negara ini diprediksi akan pertumbuhan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

“PDB kami sudah mencapai 1,2 triliun Dolar AS (Rp14.817 trilun) pada tahun 2021. Ini adalah alasan kami terpilih menjadi anggota G20,” ungkap Djauhari. 

Selain itu, Indonesia juga memiliki populasi 270 juta orang di mana 44 persennya merupakan pekerja produktif dan kompeten.

“Kami memproyeksikan Indonesia bisa menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar pada tahun 2045” tambahnya. 

Tak sampai di situ, Indonesia juga telah menciptakan lingkungan investasi baru yang lebih ramah dan mengurangi birokrasi untuk memikat leih banyak investor. Karena itu, ia juga mengajak investor di China untuk berkunjung langsung ke Indonesia agar melihat lebih jauh potensi-potensi yang ada.

Salah satu pendukung utama masuknya investasi ke Indonesia ialah adanya kawasan industri. Tercatat 28 dari 42 kawasan industri berada di Pulau Jawa yang mana 33 persen diantaranya berlokasi di Jawa Barat. 

Masifnya pembangunan kawasan industri di Jawa Barat karena populasi dan infrastruktur setempat yang terus berkembang. Misalnya kehadiran tol yang bisa menghubungkan ke Jakarta dan daerah lainnya di Jawa serta memudahkaan akses ke Bandara Internasional Kertajati dan Pelabuhan Patimban.

Ini dibuktikan dengan keberhasilan kawasan industri milik Suryacipta di Karawang, Jawa Barat, Suryacipta City of Industry di Karawang, memiliki 150 penghuni dari beragam sektor manufaktur.



Negara Asing Melakukan Investasi di Indonesia

Lembaga investasi milik pemerintah China, Silk Road Fund (SRF) resmi menginvestasikan dana sebesar 2,99 miliar Dolar AS atau setara dengan Rp 44,8 trilun ke dalam dana kekayaan negara Indonesia atau Indonesia Sovereign Wealth Fund (SWF). 

Seperti dikutip dari Reuters, China bahkan telah menandatangani perjanjian kerja sama pada Senin (4/7/2022) bersama dengan Indonesia Investment Authority (INA). 

Dalam sebuah pernyataan bersama, SRF dan INA mengungkapkan bahwa perjanjian tersebut membuka peluang investasi bagi investor asing di semua sektor terutama proyek-proyek yang melibatkan hubuangan ekonomi antar negara.

“Kami percaya bahwa investasi di Indonesia dan kawasan memiliki potensi yang tinggi, apalagi jika dilakukan bersama-sama dengan INA,” kata Presiden SRF, Yanzhi Wang. 

Tidak seperti banyak dana kekayaan negara lainnya yang mengelola kelebihan pendapatan minyak atau cadangan devisa, INA berusaha menarik investor asing untuk membantu mendanai pembangunan ekonomi. 

Perjanjian tersebut juga memberikan syarat dan ketentuan umum bagi SRF dan INA untuk menyaring dan memutuskan investasi bersama.

Setelah diluncurkan pada Februari 2021, INA telah menyiapkan dana jalan tol senilai 3,75 miliar Dolar AS (Rp 56,3 trilun) dengan Kanada, Belanda serta Abu Dhabi. 

Pihak Uni Emirat Arab juga telah berjanji untuk menginvestasikan dana sebesar 10 miliar Dolar AS (Rp 150,1 triliun) bagi INA.


0 Response to " Perkuat Independensi Produksi, Indonesia Ajak Investor Melakukan Investasi "

Posting Komentar