Saat Mata Dunia Tertuju ke Jokowi

 



Joko Widodo ditemani Ibu Negara Iriana Jokowi menjalankan diplomasi misi perdamaian bagi dua negra Ukraina dan Rusia. Pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menjadi sorotan dunia.

Media-media baik dari negara Barat dan Rusia menyorot pertemuan kedua presiden tersebut, karena sebagian besar warga di dunia sangat berharap perang Rusia-Ukraina segera dihentikan, mereka berharap Jokowi punya peran untuk melakukannya.

Doa dan harapan mengalir kepada Presiden Jokowi agar upaya mengakhiri konflik berkepanjangan terwujud. Aksinya sebagai juru damai membuat mata dunia kini tertuju kepada Presiden Jokowi.

Media-media asing ramai memberitakan tentang tawaran Jokowi untuk menyampaikan pesan dari Zelensky ke Putin tersebut. Salah satunya, kantor berita Inggris, Reuters yang memberitakannya lewat artikel berjudul: "Indonesian president offers to take message from Ukraine's leader to Putin".

"Presiden Indonesia Joko Widodo menawarkan pada hari Rabu untuk menyampaikan pesan dari Presiden Ukraina Volodymr Zelensky kepada pemimpin Rusia Vladimir Putin untuk mencoba meningkatkan harapan perdamaian," demikian Reuters mengawali artikelnya.

"Jokowi adalah ketua negara-negara Grup 20 dan satu dari enam pemimpin yang ditunjuk oleh PBB sebagai "juara" dari Kelompok Tanggap Krisis Global, yang dibentuk untuk mengatasi ancaman kelaparan dan kemelaratan yang ditimbulkan oleh perang di Ukraina," tulis Reuters.

Media Singapura, Channel News Asia juga memberitakannya dengan menggunakan judul yang sama: "Indonesian president offers to take message from Ukraine's leader to Putin"

Media Singapura lainnya, The Straits Times, juga menulis artikel "Jokowi offers to deliver message from Ukraine's Zelensky to Putin". Media asing lainnya, Nikkei Asia juga memberitakannya dengan judul "Indonesia's Jokowi offers to broker peace in meeting with Zelenskyy".


Politik Bebas dan Aktif Milik Indonesia Tetap Relevan


Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengungkapkan sikapnya terhadap pelaksanaan politik luar negeri (polugri) Indonesia yang bebas aktif. Prinsip tersebut sempat ramai diperdebatakan apakah masih relevan atau tidak.


Pernyataan Retno disampaikan olehnya dalam diskusi virtual "Ulang Tahun ke-50 CSIS: Dialog Nasional Arah Kebijakan Luar Negeri Indonesia" pada Selasa (14/9).


“Pertama, saya berkeyakinan politik luar negeri bebas aktif masih sangat relevan saat ini," ungkap Menlu Retno dalam sambutannya.


"Beberapa kali saya mendengar orang berkata atau bertanya, ‘Politik luar negeri bebas aktif adalah manifestasi ketakutan kita [Indonesia] untuk mengambil posisi yang firm (kukuh),” lanjut dia.


Retno menyanggah pernyataan tersebut. Menurutnya, dengan prinsip politik bebas aktif, Indonesia dapat mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’ ketika merespons suatu kejadian yang terjadi di dunia.


“Kalau boleh saya katakan, [perkataan] itu tidak benar dan tidak mencerminkan langkah diplomasi Indonesia selama ini,” tegasnya.








Dalam Pasal 3 UU No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, politik luar negeri bebas aktif bukanlah politik netral, tetapi polugri yang bebas menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap isu-isu internasional. Prinsip politik ini tidak mengikatkan diri pada satu kekuatan dunia tertentu.


Menlu Retno menjelaskan, dalam hubungan antarnegara, tekanan terhadap satu sama lain lazim adanya; dari tekanan yang paling halus hingga yang terkuat.


“Di satu titik, saat saya harus mengatakan ‘tidak’ terhadap isu yang diajukan pihak lain, saya bisa mengatakan, ‘This is nothing against you, but this is my principle. This is nothing against your country, this is Indonesia’s principle,’ (Ini tidak menentang Anda, tetapi ini adalah prinsip saya. Ini tidak menentang negara Anda, ini adalah prinsip Indonesia),” jelasnya.


Oleh karenanya, menurut Retno, mencari kawan sebanyak-banyaknya di kancah internasional sudah mendarah daging dalam tubuh Indonesia. 


Salah satu contoh paling terkenal dari penerapan politik bebas aktif adalah partisipasi Indonesia dalam Gerakan Non-Blok (GNB).


“Dalam politik luar negeri kita juga, kepentingan nasional berada di atas segalanya. Politik luar negeri Indonesia tidak pernah mengajarkan permusuhan, tapi prinsip-prinsip yang harus dihormati semua negara,” pungkasnya.

Doa Berakhirnya Perang 

Sebelumnya diberitakan, dalam pertemuan dengan Zelensky, Jokowi juga kembali menyampaikan undangan secara langsung kepada Presiden Zelensky untuk berpartisipasi dalam KTT G20 di Bali pada November mendatang. Selain itu, Jokowi juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus menjalin kerja sama dengan Ukraina.

"Tahun ini adalah 30 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Ukraina. Saya menyampaikan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat kerja sama yang lebih baik," tandasnya.

Sementara itu, Zelensky menyampaikan apresiasinya atas kehadiran Presiden Jokowi ke Ukraina. Zelensky mengatakan kunjungan Jokowi adalah kunjungan pemimpin negara Asia pertama ke Ukraina sejak invasi.

"Terima kasih atas kehadiran Presiden Jokowi yang merupakan kunjungan pertama pemimpin Asia sejak invasi melanda Ukraina. Saya juga mengundang kalangan usaha Indonesia untuk berpartisipasi dalam rekonstruksi Ukraina pascaperang," ujar Zelensky.


0 Response to "Saat Mata Dunia Tertuju ke Jokowi"

Posting Komentar