Jokowi membahas dampak perang Ukraina saat melakukan sembilan pertemuan bilateral di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-7 di Jerman, Senin (27/6/2022). Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam keterangan pers dari Muenchen, Jerman pada Senin malam yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden pada Selasa (28/6/2022).
"Selain membahas isu penguatan kerja sama bilateral, isu terkait perang di Ukraina dan dampaknya terhadap rantai pasok pangan dunia dibahas hampir di semua pertemuan bilateral tersebut," lanjutnya.
Retno mengungkapkan, dalam pertemuan bilateral tersebut, Presiden Jokowi menekankan bahwa waktu yang dimiliki dunia tidak panjang untuk menyelesaikan gangguan rantai pasok pangan yang menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga pangan dan pupuk.
Jika dunia tidak bersatu untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka yang paling akan merasakan dampaknya adalah ratusan juta atau bahkan miliaran penduduk di negara berkembang.
"Di sini sangat jelas presiden membawa suara negara berkembang yang memang sangat terdampak dari terjadinya perang di Ukraina. Kekhawatiran terhadap rantai pasok pangan memang sangat mengemuka di dalam diskusi-diskusi bilateral," ungkap Retno.
Jokowi: 323 Juta Orang Terancam Hadapi Kelaparan Akut Tahun Ini
Jokowi mengatakan 323 juta orang terancam menghadapi kerawanan pangan akut di tengah krisis pangan yang melanda dunia saat ini.
"323 juta orang pada 2022 ini, menurut World Food Programme, terancam menghadapi kerawanan pangan akut," ungkap Jokowi dalam keterangan resmi dari KTT G7 di Elmau, Jerman, dikutip Senin (27/6).
Melihat situasi ini, Jokowi meminta seluruh negara yang tergabung dalam kelompok G7 dan G20 mengatasi krisis pangan di dunia bersama-sama.
"G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk mengatasi krisis pangan ini. Mari kita tunaikan tanggung jawab kita, sekarang, dan mulai saat ini," ucap Jokowi.
Jokowi mengatakan krisis pangan mengancam masyarakat di negara berkembang jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem. Menurut dia, perempuan dan keluarga miskin akan menjadi pihak yang paling menderita menghadapi kekurangan pangan bagi anak dan keluarga.
"Harus segera bertindak cepat mencari solusi konkret. Produksi pangan harus ditingkatkan. Rantai pasok pangan dan pupuk global harus kembali normal," jelas Jokowi.
Ia menegaskan dukungan dari negara G7 untuk melakukan reintegrasi ekspor gandum Ukraina, ekspor komoditas pangan, dan pupuk Rusia harus dilakukan untuk memperbaiki rantai pasok global.
Jokowi mengatakan ada dua cara untuk merealisasikan hal tersebut. Pertama, fasilitas ekspor gandum Ukraina harus segera berjalan.
Kedua, komunikasi secara proaktif kepada publik bahwa komoditas pangan dan pupuk dari Rusia tidak terkena sanksi harus dilakukan.
"Komunikasi intensif perlu sekali dilakukan sehingga tak terjadi keraguan yang berkepanjangan di publik internasional. Komunikasi intensif ini juga perlu dipertebal dengan komunikasi ke pihak-pihak terkait seperti bank, asuransi, perkapalan, dan lainnya," jelas Jokowi.
G7 Beri Komitmen 5 Miliar Dolar untuk Atasi Kerawanan Pangan Global
Kelompok Tujuh (G7) negara demokrasi kaya akan berkomitmen hingga 5 miliar dolar AS untuk meningkatkan ketahanan pangan global, kata seorang pejabat senior AS, ketika kelompok itu menanggapi kekhawatiran di negara-negara berkembang tentang ancaman kelaparan yang dipicu oleh perang di Ukraina.
Pada hari terakhir KTT G7 di Jerman, pejabat tersebut mengatakan bahwa Amerika Serikat akan menyediakan lebih dari setengah dari jumlah itu, yang akan digunakan untuk upaya memerangi kelaparan di 47 negara dan untuk mendanai organisasi regional.
G7 sedang berusaha untuk menggalang negara-negara berkembang, banyak yang memiliki hubungan dekat dengan Rusia, untuk menentang invasi Presiden Rusia Vladimir Putin ke Ukraina, dan mengundang lima negara demokrasi berpenghasilan menengah dan rendah ke KTT untuk memenangkan mereka.
Beberapa negara berkembang, yang juga merupakan mantan korban kolonialisme barat, melihat keluhan Barat tentang Ukraina sebagai tindakan mementingkan diri sendiri dan lebih peduli pada dampak melonjaknya harga pangan pada populasi mereka.
Beberapa menyalahkan sanksi Barat, bukan invasi Rusia ke salah satu produsen biji-bijian terbesar di dunia dan blokade pelabuhannya, atas kekurangan tersebut.
"Tindakan Putin telah menjadi inti dan hal dari mana Anda dapat menarik garis langsung ke semua kerentanan yang kita lihat di seluruh dunia dalam hal ketahanan pangan," kata pejabat itu.
"Tindakannya telah mencekik produksi pangan dan pertanian dan telah menggunakan makanan sebagai senjata perang melalui penghancuran gudang pertanian, fasilitas pemrosesan ... dan blokade efektif pelabuhan Laut Hitam," tambahnya.
Sekitar 2 miliar dolar AS dari komitmen akan digunakan untuk intervensi kemanusiaan langsung, dengan 760 juta dolar AS lainnya untuk "bantuan pangan" guna "meningkatkan ketahanan dan produktivitas sistem pangan di seluruh dunia."
Secara terpisah, para pemimpin sepakat untuk mengambil pendekatan yang lebih terkoordinasi untuk menantang praktik "pendistorsi pasar" China dalam perdagangan global. Mereka juga berjanji untuk bekerja menghapus kerja paksa, termasuk kerja paksa yang didukung negara, dari rantai pasokan global.
0 Response to " Kelaparan Dunia, Pertemuan G7, dan Jokowi"
Posting Komentar