Selain itu, menurut Presiden, pendanaan inovatif harus dimajukan, terutama peranan sektor swasta harus diperkuat.
BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa) harus dapat menjadi katalis bagi penguatan investasi di negara-negara berkembang.
"Upaya serupa juga dilakukan presidensi G20 Indonesia, mendorong investasi yang menciptakan nilai tambah bagi negara berkembang. Saya juga berharap Global Development Initiative (GDI) dapat menjadi katalis pencapaian SDGs. Saya mendorong penyelarasan GDI dengan ASEAN Outlook on The Indo-Pacific di mana elemen pencapaian SDGs merupakan salah satu ruh dan prioritas kerja sama," jelasnya.
Ketiga, Presiden Jokowi mendorong penguatan sumber-sumber pertumbuhan baru. Menurutnya, kerja sama BRICS dengan negara mitra harus mendukung untuk transformasi digital yang inklusif, pengembangan industri hijau dan infrastruktur hijau, serta penguatan akses negara-negara berkembang pada rantai pasok global.
Bangun Ketahanan Pangan, Jokowi Minta Rakyat Terus Berproduksi
Jokowi mengajak masyarakat untuk terus berproduksi guna
membangun ketahanan pangan. Ia mengatakan, masalah pangan ini menjadi fokus
pemerintah ke depannya mengingat adanya ancaman krisis
pangan dunia.
Menurut Jokowi, masing-masing daerah dapat bergerak sesuai
kekuatan dan karakternya untuk membangun kekuatan besar di sektor pangan. Hal
ini disampaikannya saat meresmikan pembukaan Rakernas II PDI Perjuangan di
Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (21/6/2022).
“Jadi kalau masing-masing daerah bergerak sesuai kekuatan dan
karakternya kita akan bisa betul-betul membangun kekuatan besar di sektor
pangan, produksi akan melimpah, dan diversifikasi pangan bisa dipertahankan.
Inilah kekuatan besar bangsa kita. Jadi rakyat harus diajak terus berproduksi,”
ujarnya.
Namun, kata Jokowi, pemerintah harus mampu menyerap produksi
pangan dari masyarakat, baik digunakan sebagai stok maupun untuk ekspor jika
pasokan berlebih. “Ini baru kita design siapa yang mengambil siapa yang
membeli, baru kita design. Bisa RNI bisa Bulog. Tapi harus negara harus ambil
produksinya,” kata dia.
Ia pun menjelaskan, masyarakat di berbagai daerah tak perlu
dipaksa untuk menanam kebutuhan pangan yang tak sesuai dengan karakteristik
masing-masing warganya. Sebab, setiap daerah memiliki keunggulan pangan sesuai
dengan karakteristik tanah, kondisi masyarakat, dan juga tradisi makan
masyarakat.
Jokowi mencontohkan daerah Papua yang cocok untuk menanam
sagu. Selain sagu, adapula tanaman sorgum yang hanya cocok ditanam di NTT dan
bisa menjadi alternatif pengganti gandum di tengah kenaikan harga yang sangat
tinggi. Pemerintah pun telah mencoba untuk menanam sorgum di lahan seluas 40
hektare di Waingapu, NTT.
“Papua misalnya, tanahnya cocok untuk menanam sagu. Tradisi makanan pokoknya juga sagu. Jangan kita paksa-paksa untuk makan padi, makan beras, dan kita paksa-paksa untuk menanam padi, untuk makan nasi. Jangan kita paksa untuk keluar dari kekuatannya, dari karakternya,” jelasnya.
0 Response to "Usulan Jokowi dalam High-level Dialogue on Global Development untuk Para Pemimpin Dunia"
Posting Komentar