Suka Makan Roti sama Mi? Hati-Hati Ya




Jokowi mengingatkan seluruh pihak untuk selalu mewaspadai kondisi rantai pasok pangan dan energi saat ini. Hal itu terutama untuk komoditas gandum, karena Indonesia merupakan importir gandum.

Pasokan gandum dari dua negara yang dilanda konflik, Rusia dan Ukraina, terhambat. Padahal dua negara tersebut merupakan produsen besar untuk gandum di pasar dunia. 

“Ini hati-hati, yang suka makan roti, yang suka makan mi (instan), bisa harganya naik. Karena apa? Ada perang di Ukraina," kata Jokowi.

Berbeda dengan komoditas seperti minyak goreng, gandum bukan merupakan produk Indonesia, sehingga pemerintah tak bisa mengendalikan kenaikan harganya.

"Kenapa perang di Ukraina mempengaruhi harga gandum? Karena produksi gandum itu 30-40 persen berada di negara itu, Ukraina, Rusia, Belarus, semua ada di situ,” jelas Jokowi.


Blokade Rusia di Laut Hitam Terhadap Ketahanan Pangan Dunia

Lebih 300 kapal telah dilarang meninggalkan Laut Hitam oleh pasukan Rusia. Ini salah satu rute perdagangan utama global untuk gandum dari Ukraina. Kawasan subur ini dikenal sebagai "keranjang roti dunia". 

Perusahaan agrikultur terbesar Jerman, BayWa melaporkan, Rusia masih menghalangi ekspor gandum dari Ukraina dan Rusia, yang merupakan bagian penting dari pasokan pangan dunia.

"Tidak ada (gandum) diekspor dari pelabuhan Ukraina saat ini - tidak ada yang meninggalkan negara itu sama sekali," kata Jörg-Simon Immerz, kepala perdagangan bagian biji-bijian di BayWa kepada kantor berita Jerman dpa. 

Pernyataan Immerz didukung oleh Otoritas Maritim Panama, yang pada hari Rabu (16/03) mengatakan, Angkatan Laut Rusia mencegah 200-300 kapal meninggalkan Laut Hitam. Kebanyakan dari kapal itu mengangkut gandum.

Noriel Arauz, administrator Otoritas Maritim Panama mengatakan, tiga kapal berbendera Panama telah diserang Rusia sejak invasi ke Ukraina dimulai pada tanggal 24 Februari lalu. Satu kapal tenggelam dan dua lainnya rusak, sementara ini tidak ada korban tewas dan luka. 

Sementara surat kabar Inggris The Guardian melaporkan, beberapa kapal lain juga telah diserang sejak invasi dimulai, termasuk dari Bangladesh dan Estonia, yang menyebabkan satu orang tewas.

Rusia beralasan pemblokiran kapal-kapal tersebut kareana adanya potensi risiko tinggi ranjau, yang diklaim Rusia telah dipasang oleh Angkatan Laut Ukraina.


Ketahanan Pangan Terancam

Pertanyaan yang dilontarkan adalah, berapa banyak gandum yang dapat diproduksi Ukraina tahun ini, dalam situasi konflik. 

Pada saat yang sama, Rusia telah menyatakan akan membalas sanksi Barat, yang telah melumpuhkan ekonominya. Pembatasan ekspor gandum dan pupuk diduga berada di urutan teratas dalam daftar sanksi balasan Moskow, yang dapat memiliki konsekuensi lebih lanjut bagi pasokan pangan dunia dan inflasi harga pangan. 

Rusia memproduksi hampir 80 juta ton gandum per tahun dan mengekspor hampir 30 juta ton, sementara Ukraina mengekspor sekitar 20 hingga 25 juta ton gandum per tahun.

Immerz dari BayWa lebih lanjut mengatakan, seluruh pasar kini mengikuti ekspor Ukraina lebih dari Rusia, karena ekspor Rusia saat ini dianggap lebih berisiko.

"Gandum disemai di musim gugur dan sekarang saatnya perlu diberi pupuk," kata Immerz. "Jagung bahkan belum ditaburkan, dan jika itu tidak bisa ditaburkan, tentu saja, tidak akan ada panen." 

BayWa namun meyakini, tidak ada alasan untuk takut akan kekurangannya pasokan gandum, karena lebih banyak gandum yang dipanen di Uni Eropa (UE) daripada yang dikonsumsi. "Uni Eropa mengekspor sekitar 30 juta ton gandum setiap tahun, dan Jerman juga merupakan negara pengekspor pada tahun-tahun normal," kata Immerz.

Tapi itu tidak berlaku untuk semua jenis biji-bijian. "Kita mengandalkan impor untuk jagung," tambahnya.


Koridor Pangan, Solusi Indonesia dalam Memulihkan Krisis Pangan Global?

Jokowi menawarkan gagasan Koridor Pangan dalam pertemuannya dengan dua pemimpin negara yang sedang berperang, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Vladimir Putin. Koridor pangan artinya memberikan jaminan agar ekspor pangan kedua negara bisa berjalan lancar di tengah kecamuk perang.

"Ya benar," kata Duta Besar Indonesia untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno, mengkonfirmasi hal tersebut, saat dihubungi, Kamis, 30 Juni 2022.

Koridor pangan ini menyangkut kepentingan kedua negara. Pertama, ekspor gandum Ukraina bisa berjalan lancar. Kedua, ekspor pangan dan pupuk Rusia pun juga bisa berjalan dan tidak dikenai sanksi.

Jokowi juga meminta dukungan negara barat di G7 untuk membantu reintegrasi ekspor komoditas pangan dan pupuk Rusia dalam rantai pasok global. Jokowi pun terang-terangan meminta G7 untuk tidak mengenai sanksi terhadap dua komoditas Rusia tersebut.

Jokowi juga meminta kebijakan untuk tidak mengenai sanksi tersebut disampaikan secara proaktif kepada publik dunia. Sehingga, tidak terjadi keraguan berkepanjangan di publik internasional.

"Komunikasi intensif ini juga perlu dipertebal dengan komunikasi ke pihak-pihak terkait seperti bank, asuransi, perkapalan dan lainnya,” kata Jokowi.



0 Response to " Suka Makan Roti sama Mi? Hati-Hati Ya"

Posting Komentar