Selamat Tinggal Isolasi, Jembatan Gantung Natuna Sudah Rampung



SEPUTAR INDONESIA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memamerkan jembatan gantung pertama yang dibangun di Kabupaten Natuna. Jembatan ini dibangun di Kampung Segeram, Kelurahan Sedanau, Kecamatan Bunguran Barat.


Jembatan gantung berwarna merah dan tinggi, serta bertuliskan Jembatan Gantung Segeram terlihat sudah digunakan oleh warga.


Dikutip dari Instagram @kemenpupr pada Minggu (4/9/2022), berikut fakta-fakta tentang jembatan gantung di Natuna yang perlu diketahui:


1. Menghubungan Dua Desa


Menghubungkan dua desa yaitu Desa Segeram dan Desa Semente. Desa Segeram dan Desa Semente yang awalnya terpisah oleh sungai, kini dapat dilewati melalui jembatan gantung.


2. Panjang 84 Meter


Jembatan ini memiliki panjang 84 meter dan dikelilingi dengan tumbuhan mangrove. Jembatan gantung ini setara dengan panjang Coral Kingdom (terowongan bawah air), National Museum of Marine Biology & Aquarium, Taiwan.


3. Bantu Mobilisasi


Jembatan ini dapat memperlancar mobilisasi dan memperpendek jarak tempuh masyarakat untuk menjual hasil pertanian ke pusat ekonomi yang berada di seberang sungai.


Segeram, Desa Tertinggal di Natuna yang Kaya Potensi Wisata


Sejarah dan budaya Melayu di Kampung Segeram, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, kian dilupa, terkikis peradabannya sendiri. Keterbatasan akses jalan darat, listrik, telekomunikasi, dan pendidikan telah membuat Segeram ditinggalkan penghuninya yang kini tersisa 32 Kepala Keluarga.


Tokoh masyarakat kampung Segeram, Heru Diwan Arpas, berusaha menceritakan sisa-sisa peninggalan leluhurnya kepada Tempo pada Senin sore, 23 September 2019. "Ini kampung tertua, kampung sejarah Natuna," katanya mengawali cerita.


Pemuda 30 tahun yang baru menyelesaikan studi di Universitas Maritim Raja Ali Haji itu menjelaskan, budaya dan adat-istiadat Melayu di Segeram telah luntur sejak awal 2000. Tradisi yang masih bertahan dan tersisa hanya tradisi lokal di bidang keagamaan, seperti Maulid Nabi dan tahun baru Islam. "Di sini dulu ada tarian Melayu, tapi sekarang hilang. Baju adat hilang, karena baju biasa yang di luar sudah mulai masuk, jadi berkurang," katanya.


Selain budaya dan adat yang luntur, pecahan keramik zaman lampau yang bisa ditemui di jalanan kampung, seperti piring dan sendok, tak terurus. Heru menyebut tak ada warga yang mau memungutnya karena tak tahu sejarahnya, apalagi cara merawat dan mengelolanya. Namun di balik itu semua, ada sebuah peninggalan sejarah yang kini tengah dirawat dan dijaga oleh Heru dan sejumlah warga Segeram.


0 Response to "Selamat Tinggal Isolasi, Jembatan Gantung Natuna Sudah Rampung"

Posting Komentar